Oleh : Taslim Arifin, Ridwan Bohari, dan Irma Shita Arlyza (2014)
PENDAHULUAN
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil (PPK) dan perairan disekitarnya diprioritaskan
untuk salah satu atau lebih kepentingan konservasi, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan, budidaya laut, pariwisata, usaha perikanan dan
kelautan serta industri perikanan secara lestari, pertanian organik dan
peternakan.
Aspek penting dari usaha budidaya laut
adalah pemilihan lokasi yang berkaitan dengan faktor resiko, kemudahan dan
ekologis. Faktor resiko berkaitan dengan masalah keterlindungan, masalah
keamanan, dan masalah konflik. Faktor ekologis berkaitan dengan arus, kondisi
dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran, ketersediaan
bibit, dan tenaga kerja trampil.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam penentuan lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri dari parameter fisik,
kimia dan biologi dan non teknis yang berupa pangsa pasar, keamanan dan
sumberdaya manusia. Tujuan penelitian adalah menganalisis kesesuaian
kawasan perairan dan daya dukung lingkungan untuk pemanfaatan budidaya laut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan PPK
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan meliputi Pulau Lae-Lae, Pulau Kayangan, Pulau
Samalona, Pulau Kodingareng Lompo, Pulau Kodingareng Caddi, Pulau Barrang
Lompo, Pulau Barrang Caddi dan Pulau Bone Tambung. Pengambilan data dilakukan
pada bulan April - Oktober 2011.
Analisis data menggunakan Sistem Informasi
Geografis berbasis matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan parameter fisiko-kimiawi
perairan. Hasil analisis kesesuaian perairan diperoleh peta kesesuaian kawasan
dengan 4 kelas, yaitu: (1) Sangat sesuai (SS); (2) Sesuai (S); (3) Sesuai
Bersyarat (SB); (4) Tidak Sesuai (N)
Analisis daya dukung lingkungan ini menggunakan
persamaan yang dikemukakan oleh Soselisa (2006), yang diformulasikan sebagai
berikut :
Daya dukung = Lkl / Lub
Dimana: Lkl : Luas kapasitas lahan, Lub:
Luasan unit budidaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput Laut
Empat faktor pembatas utama yang dominan dalam
penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut, yaitu: (1)
keterlindungan perairan, (2) kedalaman perairan, (3) kecepatan arus dan (4)
TSS. Parameter lainnya, yakni : (5) nitrat, (6) fosfat, (7) kekeruhan, (8)
oksigen terlarut (DO), (9) suhu, (10) salinitas, dan (11) derajat keasaman
(pH).
Berdasarkan hasil pengukuran kesesuaian perairan,
terdapat 7 (tujuh) kriteria faktor pembatas yang memiliki nilai kesesuaian sangat
sesuai dan sesuai. Kondisi kualitas perairan PPK Makassar, secara umum sesuai
dan mendukung pertumbuhan rumput laut (Eucheuma cottonii).
Nilai parameter fisika-kimiawi perairan pesisir
Makassar adalah pH 8.151, DO 8.368 mg/l, suhu 30.983oC,
salinitas 27.6750/00, fosfat 0.160 mg/l, nitrat 0.035 mg/l, TSS
6.000, kekeruhan 1.434 dan kecepatan arus 0.099 m/det. Perairan dangkal di
wilayah pesisir Makassar memiliki karakteristik pola arus tersendiri. Kondisi pasang
surut perbani di pesisir Makassar berada dalam kisaran 0,001 m/det – 0,008
m/det, sedangkan untuk kondisi pasang surut purnama berada dalam kisaran 0,002
m/ det – 0,012 m/det. Karakteristik arus berada pada kisaran yang sangat sesuai
untuk budidaya rumput laut. Kedalaman berkisar antara <0,50 hingga 8,00
meter pada surut terendah di perairan dangkal. Pada lokasi di luar zona reef
slope, kedalaman perairan berubah secara sangat drastis hingga mencapai
kedalaman >50,00 meter. Variasi tingkat kedalaman perairan menyebabkan
perbedaan tingkat kecerahannya, dimana kecerahan perairan di sekitar perairan
dangkal PPK Makassar sebesar 100%.
Hasil analisis kesesuaian perairan untuk
budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) metode tali rawai (long lines),
yaitu seluas 1963,6 hektar. Lahan tersebut memiliki kriteria kelas kesesuaian masing-masing
untuk kelas sangat sesuai (S1) seluas 324,3 ha, kelas sesuai (S2) seluas 1639,3
ha dan kelas tidak sesuai (S3)seluas 108.156 ha.
Kesesuaian Ruang Perairan untuk Budidaya Ikan
Sistem Keramba Jaring Apung
Hasil pengukuran dan penilaian kesesuaian
perairan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung (KJA),
parameter (1) keterlindungan, (2) kedalaman, dan (3) kecepatan arus,
menunjukkan nilai yang beragam. Nilai parameter ini berada pada rentang
kesesuaian sangat sesuai (S1) hingga tidak sesuai (N).
Hasil overlay pada peta tematik potensi
perairan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA adalah seluas 1.961,3 hektar,
yang diklasifikasikan pada kelas sangat sesuai (S1) seluas 699,9 ha, kelas
sesuai (S2) seluas 1.261,4 ha dan Tidak sesuai (S3) seluas 108.158,2 ha
Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Rumput
Laut
Perairan yang sangat sesuai adalah 324,3 ha. Lahan
dengan kategori sesuai total luas perairan adalah 1.639,3 ha. Lahan sesuai bersyarat
total luas perairan adalah 108.049 Km2
Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan
Kerapu Sistem KJA
Total luas perairan yang termasuk kategori
sangat sesuai adalah 699,9 ha. Lahan yang termasuk pada kategori sesuai, total luas
perairannya adalah 1.261,4 ha. Lahan yang termasuk pada kategori sesuai
bersyarat, total luas perairannya adalah 0 km2
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
(1)
Perairan PPK Makassar berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan budidaya
laut. Luas perairan potensial untuk budidaya rumput laut seluas 110,012.6 ha,
dengan klasifikasi sesuai mencapai 1.963,6 ha dan tidak sesuai sekitar 108.156
ha, luasan yang efektif sekitar 243,225 ha.
(2) Luas perairan yang potensial untuk budidaya
ikan kerapu sistem KJA adalah mencapai 1961.3 ha, dengan klasifikasi sesuai
sekitar 1.961,3 ha dan tidak sesuai sekitar 108.158,2 ha, dengan luasan yang
efektif seluar 209,97 ha.
Saran
Perencanaan pengembangan dengan pertimbangan
estetika, kelancaran lalulintas angkut kebutuhan budidaya dan nelayan yang dapat
menambah dan meningkatkan nilai ekonomis kawasan budidaya, perlu dirancang
dengan baik dan disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kawasan budidaya laut
PPK Makassar yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan wisata dengan konsep “minawisata”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar